Sunday, November 3, 2013

ANALISA KASUS

ANALISIS  KASUS:   ATENG   SANTOSO

Situasi: Ateng Santoso, seorang ahli teknik, adalah pendiri, direktur, dan manajer umum dari semua operasi PT. Pena Ampuh, sebuah pabrik felt-tip pens.
Perusahaan, tersebut diambil  alih oleh sebuah Perusahaan Raksasa, dan direorganisasi, dan Ateng  Santoso, sebagai Direktur yang  baru, diperintahkan untuk mengembangkan struktur organisasi. la melakukannya dengan enggan,  karena ia selalu mengelola perusa haannya seeara informal. Setelah satu tahun memecahkan banyak masalah antar departemen sendiri dan bekerja 12 sampai  14 jam sehari, Ateng Santoso, menyadari bahwa penjualan menurun, laba menyusut, dan produksi tersendat-sendat. la menyalahkan friksi antar kepala departemen dan bermaksud memecat si “biang kerok” dan mengangkat yang baru yang lebih mau bekerja sama.

Masalah: Bagaimana mereorganisasi PT. Pena Ampuh menjadi suatu perusahaan yang lebih profesional dengan meningkatkan penjualan dan laba.

PERTANYAAN DAN JAWABAN KASUS
1.       Apa masalah utama yang terdapat dalam bagan organisasi “Ateng Santoso”?
Apakah dengan menyingkirkan beberapa biang kerok akan dapat memecahkan masalah?
J :    Masalah Ateng Santoso adalah Ateng Santoso. la ingin mempertahankan semua departemen melapor langsung padanya tanpa mendelegasikan wewenang pada manajer menengah. Apa yang dilihat Ateng sebagai friksi antar kepala departemen adalah pengaruh dari rentang manajemen yang luas secara tidak ordinat. Lebih banyak tingkat manajemen yang dibutuhkan. Struktur yang sekarang ini, dengan Ateng yang mendominasi organisasi, sebaliknya mempengaruhi training bawahan, delegasi wewenang, perencanaan tujuan dan kegiatan, dan komunikasi organisasi. Ateng perlu meningkatkan tanggung jawab bawahannya. Dengan demikian ia akan mampu “sedikit santai”.
Memecat si biang kerok mungkin akan meningkatkan dan tidak mengurangi masalah, karena nampaknya telah mampu menyesuaikan diri mereka sendiri dan bawahan mereka pada organisasi  yang sekarang. Memecat mereka akan lebih jauh mengganggu informasi yang mungkin, memersatukan perusahaan itu.

2.       Anggaplah bahwa Anda seorang konsultan manajemen yang dikarya kan oleh PT. Sudono Salim. Apa saja rekomendasi yang akan An­da ajukan, termasuk usul bagan organisasi yang baru?
J.     Membagi organisasi dalam departemen fungsional yang berkaitan dibawah manajer yang lapor pada direktur akan menimbulkan le­bih banyak tingkat manajemen dan lebih banyak rentang manajemen yang bisa dikelola. Keengganan Ateng untuk mendelegasikan-wewenang harus berhadapan dengan tekanan bagaimana struktur yang baru akan memungkinkannya untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik pada pusat presidensialnya. Manajer bawahan juga akan berguna apabila mereka diberi kesempatan untuk mengelola departemen mereka dan menerima supervisi yang lebih baik, bukan ikut campur, dari atas. Konsultan juga harus mengungkapkan pada Ateng bahwa tanggung jawabnya telah berubah. la ti­dak lagi bertanggungjawab untuk menyusun operasi satu orang dan membuatnya berhasil. la bertanggung jawab pada atasannya di Perusahaan Raksasa, PT. Sudono Salim; Perusahaan Raksasa itu perlu dikelola secara lebih profesional.


ANALISA KASUS : PROTES DI GARDU LISTRIK.
Situasi dua orang pekerja yang masih muda pada pabrik mobil, mengadakan protes karena gagal untuk membuat mandor mereka dipecat, menguasai gardu listrik dan memacetkan bagian perakitan pabrik PT. Tobota Berlian Mobil Tindakan ini menyebabkan kerugian perusahaan hampir sebesar lima juta rupiah. Manajer pabrik tersebut memecat mandor, memperkerjakan kembali dua pekerja tersebut pada hari berikutnya, dan menyiapkan sebuah laporan mengenai kejadian tersebut pada supervisornya. Kepala perserikatan buruh memberi komentar bahwa hal ini bisa menjadi suatu cara untuk mengatasi pertengkaran dimasa datang.

Masalah : Bagaimana perusahaan itu dapat memperoleh kembali pengendalian atas pabrik itu dan mengelolanya dengan persetujuan penawaran yang kolektif?

Jawaban atas pertanyaan kasus
1.       Sumber kekuasaan apa yang dimiliki Sudrajat dan Karel Hutabarat pada waktu mereka mengambil-alih gardu listrik itu?
J.     Dengan menggunakan deskripsi sumber kekuasaan French dan Ra­ven, kita tahu bahwa Sudrajat dan Karel memiliki beberapa sumber. Mereka tentu saja memiliki kekuasaan referensi, seperti yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa mereka didukung oleh teman-teman sekerjanya. Mereka juga memiliki kekuasaan ahli dimana mereka tahu hal yang paling peka dalam pabrik itu untuk menghambat operasi : “Bila kamu memutuskan aliran listrik, kamu memiliki kekuasaan itu”. Mereka juga memiliki kekuasaan paksaan, karena mereka mampu menghukum manajemen karena tidak menanggapi masalah mereka. Mungkin juga mereka mempunyai kekuasaan imbalan, karena mereka mampu memberi “imbalan” pada manajemen karena menyatakan bahwa mandor terse­but dipecat dan tidak akan ada hukuman bagi pemrotes. “Imbalan” mereka adalah meninggalkan gardu listrik. Karena tindakan mereka tidak berada dalam struktur otoritas formal pa­brik, maka mereka tidak mempunyai kekuasaan sah.

2.       Uraikan kekuasaan dan otoritas Hendra Tanoto, serikat buruh, dan manajer pabrik.
J :    Hendra Tanoto tidak memiliki otoritas, otoritas serikat bu­ruh semakin meningkat, dan otoritas manajer pabrik menurun. Hendra Tanoto mungkin memiliki kekuasaan sah dari kedudukannya dalam organisasi sebagai mandor, tetapi karena ia dipecat karena menjalankan pekerjaannya dan instruksi, sumber kekuasaan ini nampaknya telah hilang. Karena ia tidak mempu­nyai kekuasaan, ia tidak memiliki pengaruh dan tidak mampu mencegah pemberhentiannya.
Buruh sedang dalam posisi kekuasaan yang meningkat. Ia memi­liki kekuasaan sah dari posisi organisasi dalam serikat bu­ruh sebagai wakil yang terpilih. Yang eksplisit dalam posisi ini adalah kekuasaan ahli pengetahuan akan peraturan dan hukum. Pengangkatannya mungkin berdasar pada kekuasaan re­ferensi, dan tentu saja ia memiliki kekuasaan imbalan dalam kemampuannya memberikan tugas dan dukungan, Komentarnya mengenai kondisi pabrik, dukungannya pada insiden gardu lis­trik, dan pernyataannya bahwa ada mandor lain yang harus dipecat adalah penunjuk bahwa ia memiliki kekuasaan paksaan.
Sumber kekuasaan manajer pabrik dengan cepat mengabur. Caranya mengatasi situasi tersebut (yang akan dibahas nanti) mungkin akan mengurangi kekuasaan sahnya. Kekuasaan ahlinya se­bagai manajer tidak begitu tinggi, dan kekuasaan referensinya, diantara para mandor, berada dalam dasar batu. Karena kekuasaan sahnya berkurang, maka demikian pula kekuasaan. im­balan dan paksaannya.

3.       Tinjaulah kembali peristiwa hari itu dengan manajer pabrik, terutama keputusan yang telah dibuat dan dampaknya di masa depan. Dapatkah situasi itu diselesaikan dengan lebih efektif? Bagaimana?
J :            Hari itu benar-benar merupakan malapetaka. Ketika manajer pa brik itu memecahkan masalah gardu listrik tersebut, ia menjerumuskan dirinya sendiri dalam bahaya. la benar ketika menga takan bahwa masalah dimasa datang akan diserang oleh seluruh tenaga kerja dan bukan oleh kontrak serikat buruh-manajemen. Hal ini diperkuat oleh komentar wakil serikat buruh. Seluruh struktur otoritas, tanggung jawab, dan akuntabilitas pabrik tersebut sangat rusak. Selain itu, wakil direktur divisi menganggap bahwa manajer pabrik telah melampaui otoritasnya de­ngan menyusun suatu preseden untuk pabrik lain. Dalam situa­si yang ANALISA KASUS : PROTES DI GARDU LISTRIK.
Situasi dua orang pekerja yang masih muda pada pabrik mobil, mengadakan protes karena gagal untuk membuat mandor mereka dipecat, menguasai gardu listrik dan memacetkan bagian perakitan pabrik PT. Tobota Berlian Mobil Tindakan ini menyebabkan kerugian perusahaan hampir sebesar lima juta rupiah. Manajer pabrik tersebut memecat mandor, memperkerjakan kembali dua pekerja tersebut pada hari berikutnya, dan menyiapkan sebuah laporan mengenai kejadian tersebut pada supervisornya. Kepala perserikatan buruh memberi komentar bahwa hal ini bisa menjadi suatu cara untuk mengatasi pertengkaran dimasa datang.

Masalah : Bagaimana perusahaan itu dapat memperoleh kembali pengendalian atas pabrik itu dan mengelolanya dengan persetujuan penawaran yang kolektif?

Jawaban atas pertanyaan kasus
4.       Sumber kekuasaan apa yang dimiliki Sudrajat dan Karel Hutabarat pada waktu mereka mengambil-alih gardu listrik itu?
J.     Dengan menggunakan deskripsi sumber kekuasaan French dan Ra­ven, kita tahu bahwa Sudrajat dan Karel memiliki beberapa sumber. Mereka tentu saja memiliki kekuasaan referensi, seperti yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa mereka didukung oleh teman-teman sekerjanya. Mereka juga memiliki kekuasaan ahli dimana mereka tahu hal yang paling peka dalam pabrik itu untuk menghambat operasi : “Bila kamu memutuskan aliran listrik, kamu memiliki kekuasaan itu”. Mereka juga memiliki kekuasaan paksaan, karena mereka mampu menghukum manajemen karena tidak menanggapi masalah mereka. Mungkin juga mereka mempunyai kekuasaan imbalan, karena mereka mampu memberi “imbalan” pada manajemen karena menyatakan bahwa mandor terse­but dipecat dan tidak akan ada hukuman bagi pemrotes. “Imbalan” mereka adalah meninggalkan gardu listrik. Karena tindakan mereka tidak berada dalam struktur otoritas formal pa­brik, maka mereka tidak mempunyai kekuasaan sah.

5.       Uraikan kekuasaan dan otoritas Hendra Tanoto, serikat buruh, dan manajer pabrik.
J :    Hendra Tanoto tidak memiliki otoritas, otoritas serikat bu­ruh semakin meningkat, dan otoritas manajer pabrik menurun. Hendra Tanoto mungkin memiliki kekuasaan sah dari kedudukannya dalam organisasi sebagai mandor, tetapi karena ia dipecat karena menjalankan pekerjaannya dan instruksi, sumber kekuasaan ini nampaknya telah hilang. Karena ia tidak mempu­nyai kekuasaan, ia tidak memiliki pengaruh dan tidak mampu mencegah pemberhentiannya.
Buruh sedang dalam posisi kekuasaan yang meningkat. Ia memi­liki kekuasaan sah dari posisi organisasi dalam serikat bu­ruh sebagai wakil yang terpilih. Yang eksplisit dalam posisi ini adalah kekuasaan ahli pengetahuan akan peraturan dan hukum. Pengangkatannya mungkin berdasar pada kekuasaan re­ferensi, dan tentu saja ia memiliki kekuasaan imbalan dalam kemampuannya memberikan tugas dan dukungan, Komentarnya mengenai kondisi pabrik, dukungannya pada insiden gardu lis­trik, dan pernyataannya bahwa ada mandor lain yang harus dipecat adalah penunjuk bahwa ia memiliki kekuasaan paksaan.
Sumber kekuasaan manajer pabrik dengan cepat mengabur. Caranya mengatasi situasi tersebut (yang akan dibahas nanti) mungkin akan mengurangi kekuasaan sahnya. Kekuasaan ahlinya se­bagai manajer tidak begitu tinggi, dan kekuasaan referensinya, diantara para mandor, berada dalam dasar batu. Karena kekuasaan sahnya berkurang, maka demikian pula kekuasaan. im­balan dan paksaannya.

6.       Tinjaulah kembali peristiwa hari itu dengan manajer pabrik, terutama keputusan yang telah dibuat dan dampaknya di masa depan. Dapatkah situasi itu diselesaikan dengan lebih efektif? Bagaimana?
J :    Hari itu benar-benar merupakan malapetaka. Ketika manajer pa brik itu memecahkan masalah gardu listrik tersebut, ia menjerumuskan dirinya sendiri dalam bahaya. la benar ketika menga takan bahwa masalah dimasa datang akan diserang oleh seluruh tenaga kerja dan bukan oleh kontrak serikat buruh-manajemen. Hal ini diperkuat oleh komentar wakil serikat buruh. Seluruh struktur otoritas, tanggung jawab, dan akuntabilitas pabrik tersebut sangat rusak. Selain itu, wakil direktur divisi menganggap bahwa manajer pabrik telah melampaui otoritasnya de­ngan menyusun suatu preseden untuk pabrik lain. Dalam situa­si yang sedemikian penting dan bercabang-cabang, manajer pa­brik seharusnya berkonsultasi dengan wakil presiden divisi terlebih dahulu.
Karena pabrik mempunyai kontrak serikat buruh dimana hak dan tanggung jawab kedua partai itu terencana, maka manajer pa­brik harus mengambil tindakan, koordinasi dengan atasannya , untuk memperkuat kontrak itu. Isi kontrak itu mungkin bisa memaksa kedua pemrotes tersebut untuk meninggalkan gardu listrik. Mereka berada dalam situasi yang tidak berwenang yang merugikan perusahaan sebanyak. Rp.5.000.000,-. Lebih jauh lagi, kurangnya tenaga mungkin akan menimbulkan masalah kesehatan dan keamanan, jadi memungkinkan manajer untuk mengam­bil tindakan. Manajer pabrik seharusnya memanggil wakil bu­ruh dan memintanya untuk membantu melaksanakan kontrak.
ANALISA KASUS : PROTES DI GARDU LISTRIK.
Situasi dua orang pekerja yang masih muda pada pabrik mobil, mengadakan protes karena gagal untuk membuat mandor mereka dipecat, menguasai gardu listrik dan memacetkan bagian perakitan pabrik PT. Tobota Berlian Mobil Tindakan ini menyebabkan kerugian perusahaan hampir sebesar lima juta rupiah. Manajer pabrik tersebut memecat mandor, memperkerjakan kembali dua pekerja tersebut pada hari berikutnya, dan menyiapkan sebuah laporan mengenai kejadian tersebut pada supervisornya. Kepala perserikatan buruh memberi komentar bahwa hal ini bisa menjadi suatu cara untuk mengatasi pertengkaran dimasa datang.

Masalah : Bagaimana perusahaan itu dapat memperoleh kembali pengendalian atas pabrik itu dan mengelolanya dengan persetujuan penawaran yang kolektif?

Jawaban atas pertanyaan kasus
7.       Sumber kekuasaan apa yang dimiliki Sudrajat dan Karel Hutabarat pada waktu mereka mengambil-alih gardu listrik itu?
J.     Dengan menggunakan deskripsi sumber kekuasaan French dan Ra­ven, kita tahu bahwa Sudrajat dan Karel memiliki beberapa sumber. Mereka tentu saja memiliki kekuasaan referensi, seperti yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa mereka didukung oleh teman-teman sekerjanya. Mereka juga memiliki kekuasaan ahli dimana mereka tahu hal yang paling peka dalam pabrik itu untuk menghambat operasi : “Bila kamu memutuskan aliran listrik, kamu memiliki kekuasaan itu”. Mereka juga memiliki kekuasaan paksaan, karena mereka mampu menghukum manajemen karena tidak menanggapi masalah mereka. Mungkin juga mereka mempunyai kekuasaan imbalan, karena mereka mampu memberi “imbalan” pada manajemen karena menyatakan bahwa mandor terse­but dipecat dan tidak akan ada hukuman bagi pemrotes. “Imbalan” mereka adalah meninggalkan gardu listrik. Karena tindakan mereka tidak berada dalam struktur otoritas formal pa­brik, maka mereka tidak mempunyai kekuasaan sah.

8.       Uraikan kekuasaan dan otoritas Hendra Tanoto, serikat buruh, dan manajer pabrik.
J :    Hendra Tanoto tidak memiliki otoritas, otoritas serikat bu­ruh semakin meningkat, dan otoritas manajer pabrik menurun. Hendra Tanoto mungkin memiliki kekuasaan sah dari kedudukannya dalam organisasi sebagai mandor, tetapi karena ia dipecat karena menjalankan pekerjaannya dan instruksi, sumber kekuasaan ini nampaknya telah hilang. Karena ia tidak mempu­nyai kekuasaan, ia tidak memiliki pengaruh dan tidak mampu mencegah pemberhentiannya.
Buruh sedang dalam posisi kekuasaan yang meningkat. Ia memi­liki kekuasaan sah dari posisi organisasi dalam serikat bu­ruh sebagai wakil yang terpilih. Yang eksplisit dalam posisi ini adalah kekuasaan ahli pengetahuan akan peraturan dan hukum. Pengangkatannya mungkin berdasar pada kekuasaan re­ferensi, dan tentu saja ia memiliki kekuasaan imbalan dalam kemampuannya memberikan tugas dan dukungan, Komentarnya mengenai kondisi pabrik, dukungannya pada insiden gardu lis­trik, dan pernyataannya bahwa ada mandor lain yang harus dipecat adalah penunjuk bahwa ia memiliki kekuasaan paksaan.
Sumber kekuasaan manajer pabrik dengan cepat mengabur. Caranya mengatasi situasi tersebut (yang akan dibahas nanti) mungkin akan mengurangi kekuasaan sahnya. Kekuasaan ahlinya se­bagai manajer tidak begitu tinggi, dan kekuasaan referensinya, diantara para mandor, berada dalam dasar batu. Karena kekuasaan sahnya berkurang, maka demikian pula kekuasaan. im­balan dan paksaannya.

9.       Tinjaulah kembali peristiwa hari itu dengan manajer pabrik, terutama keputusan yang telah dibuat dan dampaknya di masa depan. Dapatkah situasi itu diselesaikan dengan lebih efektif? Bagaimana?
J :    Hari itu benar-benar merupakan malapetaka. Ketika manajer pa brik itu memecahkan masalah gardu listrik tersebut, ia menjerumuskan dirinya sendiri dalam bahaya. la benar ketika menga takan bahwa masalah dimasa datang akan diserang oleh seluruh tenaga kerja dan bukan oleh kontrak serikat buruh-manajemen. Hal ini diperkuat oleh komentar wakil serikat buruh. Seluruh struktur otoritas, tanggung jawab, dan akuntabilitas pabrik tersebut sangat rusak. Selain itu, wakil direktur divisi menganggap bahwa manajer pabrik telah melampaui otoritasnya de­ngan menyusun suatu preseden untuk pabrik lain. Dalam situa­si yang sedemikian penting dan bercabang-cabang, manajer pa­brik seharusnya berkonsultasi dengan wakil presiden divisi terlebih dahulu.
Karena pabrik mempunyai kontrak serikat buruh dimana hak dan tanggung jawab kedua partai itu terencana, maka manajer pa­brik harus mengambil tindakan, koordinasi dengan atasannya , untuk memperkuat kontrak itu. Isi kontrak itu mungkin bisa memaksa kedua pemrotes tersebut untuk meninggalkan gardu listrik. Mereka berada dalam situasi yang tidak berwenang yang merugikan perusahaan sebanyak. Rp.5.000.000,-. Lebih jauh lagi, kurangnya tenaga mungkin akan menimbulkan masalah kesehatan dan keamanan, jadi memungkinkan manajer untuk mengam­bil tindakan. Manajer pabrik seharusnya memanggil wakil bu­ruh dan memintanya untuk membantu melaksanakan kontrak.

Karena pabrik mempunyai kontrak serikat buruh dimana hak dan tanggung jawab kedua partai itu terencana, maka manajer pa­brik harus mengambil tindakan, koordinasi dengan atasannya , untuk memperkuat kontrak itu. Isi kontrak itu mungkin bisa memaksa kedua pemrotes tersebut untuk meninggalkan gardu listrik. Mereka berada dalam situasi yang tidak berwenang yang merugikan perusahaan sebanyak. Rp.5.000.000,-. Lebih jauh lagi, kurangnya tenaga mungkin akan menimbulkan masalah kesehatan dan keamanan, jadi memungkinkan manajer untuk mengam­bil tindakan. Manajer pabrik seharusnya memanggil wakil bu­ruh dan memintanya untuk membantu melaksanakan kontrak.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Management introducing uts 2019

MANAGEMENT INTRODUCTIONS   SOAL UTS         : 2019 /semester I , Waktu    : 1 jam. -------------------------------------------------...