Pengertian Manajemen
Manajemen
adalah suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen tidak
hanya dilakukan oleh suatu perusahaan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari
seperti mengatur diri sendiri, keluarga, kelompok atau organisasi lainnya.
Dengan manajemen yang baik maka setiap kegiatan dalam proses mencapai tujuan
bisa berjalan secara efektif dan efisien. Untuk lebih jelasnya berikut definisi
manajemen menurut beberapa ahli:
Menurut Malayu S.P. Hasibuan
(2009:2), manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan menurut G.R Terry
dalam buku Hasibuan (2009:2):
“Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber-sumber lainnya.”
Selanjutnya menurut Harold
Koontz dan Cyril O’Donnel dalam buku Hasibuan (2009:30):
“Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu
melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas
sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penempatan, pengarahan, dan pengendalian.”
Ahli lainnya Andrew F Sikula
dalam buku Hasibuan, (2009:2) berpendapat:
“Management in
general refers to planning, organizing, controling, staffing, leading,
motivating, communiting, and decision making activites performed by any
organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so
as to bring an efficient creation of some product or service.”
Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan
aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan,
pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan menghasilkan suatu produk atau
jasa secara efisien.
Berdasarkan definisi yang
dikemukakan oleh beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah seni dan ilmu untuk mengatur pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya secara efektif dan efisien melalui kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Pengertian Pemasaran
Pemasaran menurut Kotler (2000 : 8) :
“Suatu proses sosial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkanapa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
penawaran, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain”.
Pengertian pemasaran
tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran sebagai suatu sistem dari
kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang/jasa kepada
pembeli secara individual maupun kelompok pembeli.
Tujuan
pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga
produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya.
Sedangkan proses pemasaran
terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilah pasar sasaran, dan
mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran. (Hadi
Sugito,2005:49).
Pengertian Manajemen
Pemasaran
Manajemen pemasaran merupkan
salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.
Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada ketergantungan
mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan dan bidang lainnya.
Manajemen pemasaran menurut
Buchari (2007:130) dalam adalah Proses untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau
perusahaan.
Pengertian
Perilaku Konsumen
Menurut (J.Supranto, 2007:4)
mengatakan bahwa Definisi perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, menggunakan ( memakai, mengkonsumsi ) dan
menghabiskan produk (barang dan jasa) termasuk proses yang mendahului dan
mengikuti tindakan inti.
Menurut ( Schiffman dan Kanuk, 2000 : 9 )
mengatakan bahwa
“Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh
seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak
pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi
kebutuhannya”.
Perilaku
konsumen adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1.
Tahap perolehan
(acquisition) : mencari (searching) dan membeli (purchasing)
2.
Tahap konsumsi (consumption)
: menggunakan (using) dan mengevaluasi (evaluating)
3.
Tahap tindakan pasca beli
(diposition) : apa yang dilakukan oleh
konsumen setelah produk itu digunakan atau dikonsumsi.
Sedangkan menurut J.Supranto dan Nandan.L (
2007 : 4 ) :
“perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, menggunakan (memakai atau mengkonsumsi) dan menghabiskan
produk (barang dan jasa) termasuk proses mendahului dan mengikuti tindakan
ini”.
Konsumen
adalah orang yang menggunakan barang-barang secara langsung untuk mencukupi
kebutuhan dan keinginan manusia.
Beberapa
teori perilaku konsumen menurut Nopirin (2000:287) adalah sebagai berikut:
1)
Teori Ekonomi Mikro
Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen
akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan
pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang
telah dikonsumsinya, dimana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan
marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa
produk yang lain.
2)
Teori Psikologis
Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor
psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang
psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa prilaku konsumen, karena
proses mental tidak dapat diamati secara langsung.
3)
Teori Antropologis
Teori ini juga menekankan perilaku pembelian
dari suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti
kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya.
Dimensi
perilaku konsumen
Menurut J.Supranto (2007) Beberapa
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
1.
Faktor kebudayaan
a.
Budaya
Budaya/Kebudayaan adalah keyakinan,
niali-nilai, perilaku dan obyek-obyek materi yang dianut dan digunakan
komunitas/masyarakat tertentu.
b.
Sub budaya
Sub budaya adalah analisis unit-unit yang
penting untuk mensegmentasi pasar yang luas dan juga merupakan unit-unit
analisis yang penting untuk penelitian pemasaran.
Macam-macam sub budaya yaitu
sub budaya kebangsaan/etnik, sub budaya agama, sub budaya geografi dan
regional, sub budaya ras, sub budaya umur, sub budaya gender, sub budaya
pendapatan.
c.
Kelas sosial
Kelas sosial juga dipengaruhi oleh
keterampilan sosial, aspirasi status, partisipasi masyarakat, sejarah
keluarga/silsilah, tingkat budaya, penampilan dan penerimaan sosial oleh kelas
khusus. Kelas sosial terdiri dari banyak atribu, tidak hanya berfokus pada
pendapatan/pendidikan.
2.
Faktor sosial
a.
Kelompok Referensi
Kelompok referensi ialah individu atau
sekelompok orang yang dianggap memiliki relevansi yang signifikan pada
seseorang dalam hal mengevaluasi, memberikan aspirasi, atau dalam berprilaku.
b.
Keluarga
keluarga adalah anggota-anggota dari kelompok
sosial yang paling mendasar yang hidup bersama-sama dan berinteraksi untuk
saling memuaskan kebutuhan pribadi masing-masing.
c.
Peran dan Status
Peranan dan status adalah pencerminan
penghargaan umum oleh masyarakat. Setiap peranan membawa satu status di dalam
lingkungan masyarakat.
3.
Faktor pribadi
a.
Usia dan Tahap Daur Hidup
Tahap-tahap perjalanan hidup yang dilalui
oleh keluarga dimulai dari masa lajang, perkawinan, lalu keluarga dengan
anak-anak.
b.
Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
c.
Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi adalah tingkat pendapatan
yang dapat berpengaruh terharap pilihan produk serta pola konsumsi.
d.
Gaya hidup
Gaya hidup atau aktivitas adalah gaya hidup
bagaimana seseorang atau sekelompok orang menghabiskan waktu dan uangnya serta
beropini atas hal-hal tertentu.
e.
Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang
membedakan setiap orang.
Sedangkan konsep diri adalah keseluruhan
pemikiran dan perasaan yang berkenaan dengan diri sendiri sebagai objek lebih
kearah citra diri.
4.
Faktor psikologis
a.
Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan yang enerjik yang
menggerakkan perilaku dan memberikan tujuan dan arah pada perilaku.
b.
Persepsi
Persepsi sebagai proses dimana sensasi yang
diterimanya oleh seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan akhirnya
diinterprestasikan.
c.
Pembelajaran
Pembelajaran adalah aktivitas manusia yang
dilakukan sepanjang hidupnya, bahkan pada waktu manusia masih dalam kandungan.
d.
Kepercayaan dan sikap
Sikap adalah prediposisi yang dipelajari
dalam merespons secara konsisten sesuatu obyek, dalam bentuk suka atau tidak
suka.
Kualitas Produk
Pengertian Kualitas
Berikut ini adalah pendapat
dari beberapa ahli tentang pengertian kualitas menurut Vincent Gaspersz
(2001:4) dalam bahwa:
“kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan
bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi
konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari
suatu produk, seperti: performansi, keandalan, mudah dalam penggunaan,
estetika, dan sebagainya. Definisi strategik, yang menyatakan bahwa: kualitas
adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers).”
ISO 8402 (Quality
Vocabulary) dalam Vincent Gaspersz (2001:5) bahwa:
“kualitas di definisikan sebagai totalitas dari
karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang di spesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas sering diartikan
sebagai kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) atau konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the requirement)”.
Menurut American society for quality control dalam buku yang ditulis oleh Kotler dan
Keller (jilid 1, 2007 : 180) bahwa : “mutu adalah keseluruhan fitur dan sifat
produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat”.
Pengertian
Kualitas Produk
Menurut Juran (Hunt, 1993
:32) dalam Nasution M.N (2005 : 02)
bahwa: kualitas produk adalah kecocokan (fitness
for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Kecocokan penggunaan itu
didasarkan atas lima ciri utama berikut:
1.
Teknolo gi, yaitu kekuatan atau daya
tahan
2.
Psikologis, yaitu citra rasa
atau status
3.
Waktu, yaitu keandalan
4.
Kontraktual, yaitu adanya
jaminan
5.
Etika, yaitu sopan santun,
ramah atau jujur.
Kecocokan penggunaan suatu produk
adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaannya lama, produk yang
digunakan akan meningkatkan citra atau status konsumen yang memakainya, produk
yang tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas dan sesuai etika bila
digunakan.
Kecocokan penggunaan
produk seperti dikemukakan diatas memiliki dua aspek utama, yaitu ciri-ciri
produknya memenuhi tuntutan pelanggan dan tidak memiliki kelemahan.
1.
Ciri-ciri produk yang
memenuhi permintaan pelanggan
Ciri-ciri produk berkualitas
tinggi apabila memiliki ciri-ciri produk yang khusus atau istimewa, berbeda
dari produk bersaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga dapat
memuaskan pelanggan.
Kualitas yang lebih tinggi
memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku
terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume
penjualan, serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
2.
Bebas dari kelemahan
Suatu produk berkualitas
tinggi apabila di dalam produk tidak terdapat kelemahan, tidak ada yang cacat
sedikitpun.
Kualitas yang tinggi
menyebabkan perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi
pengerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi pembiayaan garansi, mengurangi
ketidakpuasan pelanggan, mengurangi inspeksi dan pengujian, mengurangi waktu
pengiriman produk ke pasar, meningkatkan hasil dan meningkatkan utilitasi
kapasitas produksi serta memperbaiki kinerja penyampaian produk.
Dimensi
Kualitas Produk
Dimensi kualitas menurut Garvin dalam
Nasution M.N (2005 : 4), bahwa:
“mengidentifikasi delapan
dimensi kualitas yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas
barang yaitu sebagai berikut:
1)
Performa (performance) berkaitan dengan aspek
fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan
pelanggan ketika ingin membeli suatu produk.
2)
Keistimewaan (features), merupakan aspek kedua dari
performasi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan
pengembangannya.
3)
Keandalan (reliability), berkaitan dengan
kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu
di bawah kondisi tertentu.
4)
Konformansi (conformance), berkaitan dengan tingkat
kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya
berdasarkan keinginan pelanggan. Konformasi merefleksikan derajat dimana
karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang
telah ditetapkan, serta sering didefinisikan sebagai konformansi terhadap
kebutuhan.
5)
Daya tahan ( durability ), merupakan ukuran masa
pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitandengan daya tahan dari produk
itu.
6)
Kemampuan pelayanan ( service ability ), merupakan
karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan / kesopanan, kompetensi,
kemudahan, serta akurasi dalam perbaikan.
7)
Estetika ( aesthetics ), merupakan karakteristik
mengenai keindahan yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan
pertimbangan pribadi dan refleksi atau pilihan individual.
8)
Kualitas yang dipersepsikan
( perceived quality ), bersifat
subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsikan produk,
seperti meningkatkan harga diri”.
Diferensiasi produk menurut
Philip Kotler (jilid 2, 2008:9) :
1)
“Bentuk, produk dapat didiferensiasikan
berdasarkan bentuk, ukuran, model, atau struktur fisik produk.
2)
Fitur, sebagian besar produk
dapat ditawarkan dengan fitur yang berbeda-beda yang melengkapi fungsi dasar
produk .
3)
Mutu kinerja, sebagian besar
produk dibangun menurut salah satu dari level kinerja: rendah, rata-rata,
tinggi, dan unggul.
Mutu kinerja adalah level
berlakunya karakteristik dasar produk.
4)
Mutu kesesuaian, pembeli
mengharapkan produk memiliki mutu kesesuaian adalah tingkat kesesuaian dan
pemenuhan semua unit yang di produksi terhadap spesifikasi sasaran yang
disajikan.
5)
Daya tahan, ukuran usia yang
diharapkan atas beroperasinya produk dalam kondisi normal atau berat, merupakan
atribut yang berharga untuk produk-produk tertentu.
6)
Keandalan, pembeli umumnya
akan membayar lebih untuk mendapatkan produk yang lebih andal, keandalan adalah
ukuran probabilitas bahwa produk tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam
periode tertentu.
7)
Mudah diperbaiki, pembeli
memilih produk yang lebih mudah diperbaiki. Kemudahan diperbaiki adalah ukuran
kemudahan untuk memperbaiki produk ketika produk itu rusak atau gagal.
8)
Gaya, menggambarkan
penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh produk itu bagi pembeli”.
Keputusan pembelian
Definisi pengambilan
keputusan
Status sosial mempengaruhi
dimana bagaimana orang merasa mereka harus berbelanja. Orang dengan status
rendah memiliki tempat likal yang memungkinkan bertatap muka dimana mereka
mendapatkan pelayanan yang ramah dan kredit yang mudah didalam lingkungan
tempat tinggal.
Konsumen kelas menengah atas
merasa lebih percaya akan kemampuan mereka dalam berbelanja. Mereka akan
berpetualang ketempat-tempat baru untuk berbelanja dan akan menjelajahi sebuah
toko untuk mendapatan apa yang mereka inginkan. Toko yang memberikan potongan
harga secara tradisional menarik bagi kelas menengah karena mereka cermat dan
berpikiran ekonomis dalam pembelian mereka. (Nugroho J.Setiadi, 2003:321)
Menurut J.Supranto ( 2007:13) bahwa:
“Proses keputusan konsumen merupakan intervensi antara
strategi pasar. Artinya, hasil (outcomes) dari strategi pemasaran perusahaan
ditentukan oleh interaksinya dengan keputusan konsumen.”
Menurut Philip Kotler (2007:223) bahwa:
“Keputusan pembelian yaitu beberapa tahapan yang
dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengambilan keputusan adalah proses bagaimana menetapkan suatu keputusan
yang terbaik, logis, rasional dan ideal berdasarkan fakta, data dan informasi
dari sejumlah alternative untuk mencapai keputusan yang memuaskan.
Dimensi
keputusan pembelian
Mengetahui keinginan pembeli
yang sebenarnya adalah cukup sulit, namun perusahaan dapat mengetahuinya dari perilaku mereka.
Perilaku pembelian ini akan
menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Ada beberapa
yang harus diketahui tentang keputusan pembelian (Philip Kotler, 2007:235)
1.
Pengenalan masalah
Pengenalan masalah adalah tahap dimana
konsumen mengenali adanya suatu masalah atau kebutuhan.
2.
Pencarian informasi
Konsumen yang tergugah akan kebutuhannya akan
terdorong untuk mencari informasi yang lebuh banyak. Dua tingkat pencarian
informasi:
a. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan perhatian yang
menguat. Pada tingkat itu seseorang hanya menjadi lebih peka terhadap informasi
tentang produk.
b. Pencarian informasi, pada tingkat ini seseorang akan mencari bahan
bacaan, telpon teman, mengunjungi toko untuk mempelajari produk.
Sumber informasi
konsumen digolongkan kedalam empat kelompok:
1)
Sumber pribadi : keluarga,
teman, tetangga, kenalan.
2)
Sumber komersial : iklan,
wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko.
3)
Sumber publik : media massa,
organisasi penentu peringkat konsumen.
4)
Sumber pengalaman :
penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.
3.
Evaluasi alternatif
Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana
yang digunakan oleh semua konsumen dalam situasi pembelian. Terdapat beberapa
proses evaluasi keputusan dan model-model terbaru yang memandang proses
evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif, yaitu model
tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat
sadar dan rasional.
Berdasarkan konsep dasar
akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen, antara lain:
a.
Pertama, konsumen berusaha
untuk memenuhi suatu kebutuhan.
b.
Kedua, konsumen mencari
manfaat tertentu dari solusi produk.
c.
Ketiga, konsumen memandang
masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang
berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan
itu. (Philip Kotler, 2007:237).
4.
Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi,
konsumen membentuk preferensi atau merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen
juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai.dalam
melaksanakan niat pembelian, konsumen dapat membuat lima sub-keputusan
pembelian, yaitu : keputusan merek, tempat, waktu, dan metode pembayaran.
5.
Perilaku pasca pembelian
Setelah pembelian konsumen
mungkin akan mengalami ketidaksesuaian karena memperhatikan fitur-fitur
tertentu yang menggunakan atau mendengar hal-hal yang menerangkan tentang merek
lain, dan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya.
Keputusan pembelian adalah seberapa sesuainya harapan pembelian produk dengan
kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih
rendah dari pada harapan, pelanggan akan kecewa, jika melebihi harapan,
pembelian akan sangat puas. (Philip Kotler, 2007:243).
Jenis
– jenis proses pembelian
1.
Produk rutin, produk-produk
ini mempunyai nilai dan biaya yang rendah bagi pelanggan dan resikonya kecil.
2.
Produk-produk bernilai
tinggi, produk-produk ini mempunyai nilai dan biaya yang tinggi bagi pelanggan,
tetapi resiko pasokannya kecil karena banyak perusahaan membuatnya.
3.
Produk-produk strategis,
produk-produk ini mempunyi nilai dan biaya
yang tinggi bagi pelanggan dan juga tinggi resikonya.
4.
Produk produk yang
menghambat kelancaran kerja. Produk-produk ini mempunyai nilai dan biaya rendah
bagi pelanggan, tetapi memiliki sejumlah risiko (Philip Kotler, 2007:262).
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.