Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua
sebagai:
1)
Pengertian komunikasi
secara etimologis
Komunikasi berasal dari bahasa latin Communication,
dan bersumber juga dari kata communis yang
artinya sama, dalam arti kata sama makna. Jadi komunikasi berlangsung apabila
antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal
yang dikomunikasikan.
2)
Pengertian komunikasi
secara terminologis
Komunikasi yang berarti penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain.
Komunikasi menurut
beberapa ahli diantaranya adalah menurut Berelson dan Starainer dalam Fisher
adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui
simbol kata, angka, grafik, dan lain-lain (Fisher, 1990:10).
Sedangkan menurut Arni
Muhammad (2005:5) komunikasi didefinisikan sebagai “Pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk
mengubah tingkah laku”.
Dapat disimpulkan
bahwa komunikasi sebagai suatu proses pengiriman dan penyampaian pesan baik
berupa verbal maupun non verbal oleh seseorang kepada orang
lain untuk megubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tidak langsung melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan
adanya jalinan pengertian antara kedua belah pihak (pengirim dan penerima),
sehingga yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan.
Pengertian Komunikasi
Interpersonal
Secara konstektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu
komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang mana saling
berinteraksi, saling memberikan umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan
definisi konstektual saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi
interpersonal karena setiap interaksi antara satu individu dengan individu lain
berbeda-beda.
Arni Muhammad (2005:
159) menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran
informasi diantara seseorang dengan paling kurang seseorang lainnya atau
biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”.
Mulyana (2002: 73) menyatakan “Komunikasi
antar pribadi adalah komunikasi antara dua
orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal maupun non verbal.”
Dapat disimpulkan
bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran
dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan
baik sebagai komunikan maupun komunikaor dengan tujuan untuk mencapai saling
pengertian, mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan
terjadi perubahan perilaku.
Komponen-komponen
Komunikasi Interpersonal
Dari pengertian
komunikasi interpersonal yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan
beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi interpersonal. Menurut
Suranto A. W (2011: 9) kmponen-komponen komunikasi interpersonal yaitu:
1)
Sumber/komunikator
Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni
keinginan unutk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional
maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan
untuk memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi
sikap dan tingkah laku orang lain. Dalam konteks komunikasi interpersonal
komunikator adalah individu yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan
pesan.
2)
Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan
pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal
dan non verbal, yang disusun
berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik
komunikan.
3)
Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan
adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non verbal, atau gabungan
keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada
pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat
penting. Pesan itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan
diinterprestasi oleh komunikan.
4)
Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang
menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam konteks komunikasi
interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata karenasituasi dan
kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka.
5)
Penerima/komunikan
Penerima/komunikan adalah seseorang yang menerima, memahami, dan
menginterprestasi pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima
bersifat aktif, selain menerima pesan melakukan pula proses interprestasi dan
memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah seorang
komunikator akan dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah dilakukan,
apakah makna pesan dapat dipahami secara bersama oleh kedua belah pihak yakni
komunikator dan komunikan.
6)
Decoding
Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima
mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan
simbol-simbol yang harus diubah kedalam pengalaman-pengalaman yang mengandung
makna. Secara bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses dimana indera
menangkap stimuli.
7)
Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai
sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral, maupun
negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator
Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator.
Dikatakan respon negatif apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan
yang diinginkan oleh komunikator.
8)
Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus
didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat
terjadi di dalam komponen-komponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu
atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat
fisik dan phisikis.
9)
Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada
tiga dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada
lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan,
halaman dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi
tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai,
meliputi nilai sosial dan budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi, seperti:
adat istiadat, situasi rumah, norma pergaulan, etika, tata krama, dan
sebagainya.
Komunikasi
interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang
saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber
dan penerima. Sumber melakukan encodinguntuk
menciptakan dan memformulasikan menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk memahami pesan, dan
selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak dapt dihindarkan bahwa
proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks tertentu, misalnya konteks
waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding,
pesan, saluran, decoding, maupun pada
diri penerima.
Tujuan Komunikasi Interpersonal
Arni Muhammad (2005:168)
menyatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1)
Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal
adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan
interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita
maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan
kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau
mengenai diri kita, adalah sangat menarik an mengasyikkan bila berdiskusi
mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan
diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa
pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2)
Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan
kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang
berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari
komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada
kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari
atau didalami melalui interaksi interpersonal.
3)
Membentuk dan Menjaga
Hubungan yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar
adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu
kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan
menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4)
Berubah Sikap dan
Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah
sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh
menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru,
membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang
tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak
menggunakan waktu terlibat dalam interpersonal.
5)
Untuk Bermain dan
Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang
mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman
mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pesan, berdiskusi mengenai olahraga,
menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan
pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi
interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam
pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6)
Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan
terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka
untuk mengarahkan kliennya. Kita semua
juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita
sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta,
berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan
lai sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan
komunikasi interpersonal, setiap individu dapat mempunyai tujuan yang
berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Fungsi Utama Komunikasi
Komunikasi menjalankan empat
fungsi utama sebagaimana yang diutarakan oleh Stephen P. Robbins (1996:5) yang
telah diterjemahkan oleh Hadyana Pujaatmaka sebagai berikut:
- Kendali
Komunikasi bertindak untuk
mengendalikan perilaku anggota organisasi.
- Motivasi
Komunikasi membantu
perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus
dilakukan, bagaimana mereka bekerja dengan, dan apa yang harus dilakukan,
bagaimana mereka bekerja dengan, dan apa yang dapat dikerjakan untuk
memperbaiki kinerja jika itu dibawah standar.
- Pengungkapan emosional
Bagi karyawan, kelompok
kerja mereka merupakan sumber utama untuk interaksi sosial. Komunikasi yang
terjadi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme fundamenal dengan mana
anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka.
- Informasi
Komunikasi memberikan
informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan
dengan meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-pilihan alternatif.
Hambatan dan
Akibat Dalam Berkomunikasi
Menurut Gerald M. Goldhaber
(1996:63) hambatan-hambatan dalam komunikasi adalah:
- Menggunakan sarana komunikasi tidak tepat, seperti kata-kata yang mempunyai arti bermacam-macam, komunikasi non verbal yang tidak mendukung kata-kata, dapat menimbulkan salah pengertian.
- Penerima pesan dalam keadaan tidak siap untuk mendengarkan (waktu yang tidak tepat)
- Adanya gangguan suasana
- Adanya orang yang cenderung menghambat informasi baru yang tidak sesuai dengan apa yang telah diyakininya.
- Perbedaan latar belakang seperti pendidikan, pengalaman, ataupun usia serta lingkungan antara pengirim dengan penerima pesan.
- Pengirim tidak pandai dalam memilih kata-kata, saluran komunikasi dan pesan yang harus disampaikan.
- Perbedaan kedudukan dan status antara pengirim dan penerima.
- Kredibilitas sumber, yaitu kepercayaan, keyakinan dan pengakuan penerima terhadap perkataan dan tindakan komunikator yang akan mempengaruhi pandangan dan reaksi penerima terhadap gagasan perkataan dan tindakan komunikator.
- Penyaringan yang sering terjadi dari bawah ke atas dalam organisai atau manipulasi informasi sehingga penerima memandangnya sebagai hal yang positif.
- Tidak tersedianya waktu untuk mendengarkan orang lain sehingga kegiatan komunikasi yang dilakukan secara cepat tanpa mengetahui apakah penerima telah mengerti atau belum.
Akibat hambatan komunikasi,
antara lain:
1)
Menambah biaya uang dan waktu bagi perusahaan
2)
Merugikan perusahaan yang dapat mengakibatkan kemerosotan
perusahaan sehingga karyawan kehilangan pekerjaan
3)
Menimbulkan salah pengertian
4)
Menyebabkan seluruh kegiatan perusahaan terhenti
5)
Menurunkan semangat kerja karyawan.
Kualitas Pelayanan
Pengertian Kualitas
Segala hal di dunia ini, baik yang abstrak maupun
konkret, memiliki kualitas yang bisa dinilai
oleh diri sendiri, orang lain, dan masyarakat. Bahkan ada pepatah yang
menyatakan bahwa kualitas harus dimiliki, dijaga, dan ditingkatkan bila segala
sesuatu ingin tetap eksis dalam persaingan. Kualitas memang memegang peranan
oenting dalam setiap kegiatan, situasi, kondisi, dan keadaan seseorang atau
sesuatu.
Goetsch dan Davis (dalam Tjiptono dan Diana,
2001:5) memberikan batasan bahwa:
“Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan.”
Menurut Fandi
Tjiptono (2008:67) menjelaskan bahwa:
“Kualiatas adalah produk bebas cacat dan sesuai dengan standar sasaran
atau persyaratan yang bisa didefinisikan, diobservasi dan diukur dan
menghasilkan manfaat bagi pelanggan, kualitas produk merupakan hal yang
terpenting bagi konsumen baik berupa produk barang, jasa atau pelayanan.”
Sedangkan
Lovelock (dalam Fajar, 2008:88) menyatakan bahwa:
“Kualitas adalah tingkat mutu yang diharapkan,
dan pengendalian keragaman dalam mencapai mutu tersebut untuk memenuhi
kebutuhan konsumen.”
Menurut J.
Supranto (2001:89) menyatakan bahwa:
“Sebuah kata yang bahi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus
dikerjakan dengan baik. Keunggulan suatu produk jasa sangat tergantung dari
keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut apakah sudah
sesuai dengan keinginan dan harapan pelanggan.”
Pengertian Pelayanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:646),
pengertian pelayanan adalah cara melayani, usaha melayani kebutuhan orang lain
dengan memperoleh imbalan (uang) jasa, kemudahan yang diberikan sehubungan
dengan jual beli barang atau jasa.
Pengertian
pelayanan menurut Kotler (2002:83) yaitu :
“Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak
kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu
produk fisik sehingga pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada
konsumen sendiri.”
Menurut Gronroos (2001:27) menyatakan bahwa :
“Pelayanan sebagai suatu aktifitas yang bersifat
tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen
dan karyawan atau hal-hal yang disediakan organisasi pemberi pelayanan yang
dimaksud untuk memecahkan permasalahan masyarakat yang dilayani.”
Pelayanan menurut Fajar Laksana (2008:85)
menyatakan bahwa :
“Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan
yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya
tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.”
Sedangkan menurut Fandy Tjiptono, Gregorius
Chandra (2004:39) mendefinisikan pelayanan adalah :
“Suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan orang lain yang tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang
yang melayani maupun yang dilayani.”
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat
disimpulkan pelayanan adalah suatu proses yang terdiri dari serangkaian
aktifitas yang tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan, pelayanan
terjadi pada interaksi antar karyawan penyediaan jasa dengan pelanggan,
pelayanan dilakukan oleh karyawan penyedia jasa untuk meningkatkan perolehan
pelanggan jasa.
Pengertian Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan memberikan suatu dorongan
kepada pelanggan atau dalam hal ini pengunjung untuk menjalin ikatan hubungan
yang kuat dengan lembaga atau instansi pemberi pelayanan jasa untuk memahami
dengan seksama harapan atau pengunjung serta kebutuhan mereka. Dengan demikian
penyedia jasa dapat meningkatkan kepuasan pengunjung dengan memaksimalkan
pengalaman pengunjung yang menyenangkan dan meminimumkan pengalaman pengunjung
yang kurang menyenangkan. Apabila layanan yang diterima atau dirasakan sesuai
dengan harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai
kualitas ideal, tetapi sebaliknya jika layanan yang diterima atau dirasakan
lebih rendah dari yang diharapkan maka kualitas layanan dipersepsikan rendah.
Pengertian kualitas jasa atau pelayanan berpusat
pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.
Menurut Lewis dan Booms (dalam Tjiptono,
2012:157) mendefinisikan kualitas pelayanan adalah :
“Kualiatas pelayanan secara sederhana, yaitu
ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan
ekspektasi pelanggan.”
Artinya kualitas pelayanan ditentukan oleh
kemampuan perusahaan atau lembaga tertentu untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai
dengan apa yang diharapkan atau diinginkan berdasarkan kebutuhan pelanggan atau
pengunjung. Dengan kata lain, faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan
adalah pelayanan yang diharapkan pelanggan atau pengunjung dan persepsi
masyarakat terhadap pelayanan tersebut.
Menurut J.
Supranto (2006:226) mendefinisikan kualitas pelayanan bahwa :
“Kualiatas pelayanan adalah sebuah kata yang bagi
penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik.”
Sedangkan menurut Parasuraman et al. (Purnama N.
2006:19) menyatakan bahwa :
“Kualitas pelayanan merupakan perbandingan antara
layanan yang dirasakan (persepsi) konsumen dengan kualitas layanan yang
diharapkan konsumen. Jika kualitas layanan yang dirasakan sama atau melebihi
kualitas layanan yang diharapkan maka layanan dikatakan berkualitas dan
memuaskan.”
Wyckof
(2002:59) mendefinisikan bahwa :
“Kualitas pelayanan adalah tingkat kesempuranaan
yang diharapkan dan pengendaliannya atas tingkat keunggulan tersebut untuk
memenuhi keinginan atau harapan pelanggan.”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa kualitas pelayanan merupakan cara penyampaian pelayanan yang dilakukan
perusahaan agar dapat memenuhi harapan dari pelanggan. Sebuah perusahaan yang
sudah mampu memenuhi atau melebihi harapan pelanggannya maka perusahaan
tersebut sudah berkualitas.
Dimensi Kualitas Pelayanan
Ada beberapa pendapat mengenai dimensi kualitas
pelayanan, antara Parasuraman, yang melakukan penelitian khusus terhadap
beberapa jenis jasa dan berhasil mengidentifikasi sepuluh faktor utama yang
menentukan kualitas jasa. Kesepuluh faktor tersebut adalah :
1.
Reliability, mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ni berarti perusahaan memberikan jasanya secara
tepat semenjak saat pertama. Selain itu juga berarti bahwa perusahaan yang
bersangkutan memenuhi janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan
jadwal yang disepakati.
2.
Responsiveness, yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk memberikan jasa yang
dibutuhkan pelanggan.
3.
Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu.
4.
Accessibility, meliputi kemudahan untuk menghubungi dan ditemui. Hal ini berarti
lokasi fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu menunggu yang tidak terlalu
lama, saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi, dan-lain-lain.
5.
Courtesy,
meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian, dan keramahan yang dimiliki
para kontak personal.
6.
Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan pada bahasa yang dapat
mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
7.
Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup nama
perusahaan, reputasi perusahaan, karakteristik pribadi kontak personal, dan
interaksi dengan pelanggan.
8.
Security, yaitu
aman dari bahaya, resiko, atau keragu-raguan. Aspek ini meliputi keamanan
secara fisik (physical safety),
keamanan finansial (financial security),
dan kerahasiaan (confidentiality).
9.
Understanding/Knowing the Customer, yaitu usaha untuk memahami kebutuhan palanggan.
10.
Tangibles,
yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang
dipergunakan, atau penampilan dari personil.
Perkembangan selanjutnya, Zheithalm et al dalam
Ariani (2009:180) menyederhanakan sepuluh dimensi diatas menjadi lima dimensi
pokok yang dikenal dengan SERQUAL (service
quality) yang terdiri dari :
1.
Bukti fisik (tangibles) yaitu kemampuan suatu
perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan
dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan serta
keadaan lingkungan sekitarnya merupakan salah satu cara perusahaan jas dalam
menyajikan kualitas layananterhadap pelanggan. Diantaranya meliputi fasilitas
fisik (gedung, buku, rak buku, meja dan kursi, dan sebagainya), teknologi
(peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan), serta penampilan pegawai.
2.
Keandalan (reliability) adalah kemampuan perusahaan
memberikan pelayanan sesuai dengan apa yang dijanjikan secara akurat dan
terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang tercermin dari
ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan,
sikap simpatik dan akurasi yang tinggi.
3.
Daya tanggap (responsiveness) adalah kemauan untuk
membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat dan tepat dengan
penyampaian informasi yang jelas. Mengabaikan dan membiarkan pelanggan menunggu
tanpa alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negative dalam kualitas
pelayanan.
4.
Jaminan (assurance) adalah pengetahuan,
kesopana-santuanan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa
percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen,
antara lain:
a.
Komunikasi (communication), yaitu secara terus
menerus memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa dan penggunaan kata
yang jelas sehingga para pelanggan dapat dengan mudah mengerti apa yang
diinformasikan pegawai serta dengan cepat dan tanggap menyikapi keluhan dan
komplain dari para pelanggan.
b.
Kredibilitas (credibility),
perlunya jaminan atas suatu kepercayaan yang diberikan kepada pelanggan, believability atau sifat kejujuran,
menanamkan kepercayaan, memberikan kredibilitas yang baik bagi perusahaan pada
masa yang akan datang.
c.
Keamanan (security), adanya suatu kepercayaan yang
tinggi dari pelanggan akan pelayanan yang diterima. Tentunya pelayanan yang
diberikan mampu memberikan suatu jaminan kepercayaan.
d.
Kompetensi (competence), yaitu keterampilan yang
dimiliki dan dibutuhkan agar dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan dapat
dilaksanakan dengan optimal.
e.
Sopan santun (courtesy), dalam pelayanan adanya suatu
moral yang dimiliki oleh perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan. Jaminan akan kesopan-santunan yang ditawarkan kepada pelanggan
sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada.
5.
Empati (empathy) yaitu memberikan perhatian yang
tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan
dengan berupaya memahami keinginan konsumen dimana suatu perusahaan diharapkan
memiliki suatu pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan
pelanggan seara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi
pelanggan.
Unsur-Unsur Kualitas Pelayanan
Unsur-unsur kualitas pelayanan yang dikutip dalam
Saleh (2010:106) antara lain adalah sebagai berikut :
a.
Penampilan.
Personal dan fisik sebagaimana layanan kantor depan (resepsionis atau frontliner) memerlukan persyaratan
seperti berpenampilan menarik, badan harus tegap atau tidak cacat, tutur bahasa
menarik, familiar dalam berperilaku, penampilan penuh percaya diri.
b.
Tepat waktu
dan janji. Secara utuh dan prima petugas pelayanan dalam menyampaikan perlu
diperhitungkan janji. Demikian juga waktu jika mengutarakan 2 hari selesai
harus betul-betul dapat memenuhinya.
c.
Kesediaan
melayani. Sebagaimana fungsi dan wewenang harus melayani kepada para pelanggan,
konsekuensi logis petugas harus benar-benar bersedia melayani kepada para
pelanggan.
d.
Pengetahuan
dan keahlian. Sebagai syarat untuk melayani dengan baik, petugas harus
mempunyai pengetahuan dan keahlian. Disini petugas pelayanan harus memiliki
tingkat pendidikan tertentu dan pelatihan tertentu yang diisyaratkan dalam
jabatan serta memiliki pengalaman yang las dibidangnya.
e.
Kespoanan dan
ramah tamah. Masyarakat pengguna jasa pelayanan itu sendiri dan lapisan
masyarakat baik tingkat status ekonomu dan social rendah maupun tinggi terdapat
perbedaan karakternya maka petugas pelayanan masyarakat dituntut adanya
keramahtamahan yang standar dalam melayani, sabar, tidak egois dan santun dalam
bertutur kepada pelanggan.
f.
Kejujuran dan
kepercayaan. Pelayanan ini oleh pengguna jasa dapat dipergunakan berbagai
aspek, maka dalam penyelenggaraannya harus transparan dari aspek kejujuran,
jujur dalam bentuk aturan, jujur dalam pembiayaan dan jujur dalam penyelesaian
waktunya. Dari aspek kejujuran ini petugas pelayanan tersebut dapat
dikategorikan sebagai pelayan yang dipercaya dari segi sikapnya, dapat
dipercaya dari tutur katanya, dapat dipercayakan dalam menyelesaikan akhir
pelayanan sehingga otomatis pelanggan merasa puas. Unsur pelayanan prima dapat ditambah unsur yang lain.
g.
Kepastian
hukum. Secara sadar bahwa hasil pelayanan terhadap masyarakat yang berupa surat
keputusan, harus mempunyai legitimasi atau mempunyai kepastian hukum. Bila
setiap hasil yang tidak mempunyai kepastian hukum jelas akan mempengaruhi sikap
masyarakat, misalnya pengurusan KTP, KK, dan lain-lain bila ditemukan cacat
hukum akan mempengaruhi kredibilitas instansi yang mengeluarkan surat
legitimasi tersebut.
h.
Keterbukaan.
Secara pasti bahwa setiap urusan atau kegiatan yang memperlakukan ijin, maka
ketentuan keterbukaan perlu ditegakkan. Keterbukaan itu akan mempengaruhi
unsur-unsur kesederhanaan, kejelasan informasi kepada masyarakat.
i.
Efisien. Dari
setiap pelayanan dalam berbagai urusan, tuntutan masyarakat adalah efisiensi
dan efektifitas dari barbagai aspek sumber daya sehingga menghasilkan biaya
yang murah, waktu yang singkat dan tepat serta kualitas yang tinggi. Dengan
demikian efisiensi dan efektifitas merupakan tuntutan yang harus diwujudkan dan
perlu diperhatikan secara serius.
j.
Biaya.
Pemantapan pengurusan dalam pelayanan diperlukan kewajaran dalam penentuan
pembiayaan, pembiayaan harus disesuaikan dengan daya beli masyarakat dan
pengeluaran biaya harus transparan dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
k.
Tidak rasial.
Pengurusan pelayanan dilarang membeda-bedakan kesukuan, agama, aliran dan
politik dengan demikian segala urusan harus memenuhi jangkauan yang luas dan
merata.
l.
Kesederhanaan.
Prosedur dan tata cara pelayanan kepada masyarakat untuk diperhatikan
kemudahan, tidak berbelit-belit dalam pelaksanaan.
Kepuasan Konsumen
Memuaskan kebutuhan konsumen adalah keinginan
setiap perusahaan. Selain faktor penting bagi kelangsungan hidup perusahaan,
memuaskan kebutuhan konsumen dapat meningkatkan keunggulan dalam persaingan.
Konsumen yang puas terhadap produk dan jasa pelayanan cenderung untuk membeli
kembali produk dan menggunakan kembali jasa pada saat kebutuhan yang sama
muncul kembali dikemudian hari. Hal ini berarti kepuasan merupakan faktor kunci
bagi konsumen dalam melakukan pembelian ulang yang merupakan porsi terbesar
dari volume penjualan perusahaan.
Dunia bisnis baik jasa maupun manufaktur
tak henti-hentinya berkompetisi untuk membuat konsumennya tetap setiap pada
produknya dan tidak berpaling ke produk
lain.
Salah satu
kiat yang diyakini oleh pemasar untuk meraih hal itu tak lain dengan
menciptakan sistem pelayanan konsumen yang selalu mengarah kepada customer
satisfaction (kepuasan konsumen), seperti yang telah diungkapkan oleh Kotler
(1999:177) bahwa kepuasan konsumen merupakan tingkat
perasaan setelah membandingkan pelayanan yang dirasakan (perceived performance) dengan harapan
(expectation). Menurutnya konsumen bisa mengalami salah satu
dari tiga tingkat kepuasan yang umum, yaitu jika pelayanan dibawah harapan maka
konsumen akan merasa tidak puas namun bila pelayanan sama dengan harapan,
konsumen akan merasa puas dan apabila pelayanan melampaui harapan yang
diinginkan maka konsumen akan merasa sangat puas, senang bahkan bahagia. Dimana
harapan konsumen dibentuk oleh pengalaman pembelian terdahulu, komentar teman
serta info pemasar atau pesaingnya.
Kepuasan konsumen merupakan dasar yang sangat menentukan dalam proses
pembelian selanjutnya.
Menurut wilkie dalam Tjiptono (2007:349)
mendefinisikan kepuasan konsumen adalah :
“Sebagai tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman
konsumsi suatu produk atau jasa. Kepuasan konsumen merupakan kepuasan secara
keseluruhan yang mempunyai konsekuensi perilaku berupa komplain konsumen atau
kesetian konsumen.”
Sedangkan
menurut Mowen dan Minor (2002:199) mendefinisikan kepuasan konsumen adalah :
“Kepuasan konsumen sebagai keseluruhan sikap yang
ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan
menggunakannya.”
Ada kesamaan diantara beberapa definisi diatas,
yaitu menyangkut komponen kepuasan pelanggan (harapan dan kinerja/hasil yang
dirasakan). Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan
pelanggan tentang apa yang diterimanya bila membeli atau mengkonsumsi suatu
produk (barang dan jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi
pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli.
Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan kepuasan
merupakan faktor kunci bagi konsumen dalam melakukan pembelian ulang yang
merupakan porsi terbesar dari volume penjualan perusahaan. Umumnya harapan pelanggan
merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang diterimanya bila
membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang dan jasa). Sedangkan kinerja
yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah
mengkonsumsi produk yang dibeli.
Pengukuran Kepuasan Konsumen
Pengukuran kepuasan konsumen atau pelanggan perlu
dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui kinerja perusahaan menurut sudut
pandang konsumen. Menurut Fornell (1992) dalam Tjiptono (2007:365), meskipun
belum ada consensus mengenai cara mengukur kepuasan pelanggan, sejumlah studi
menunjukkan bahwa ada tiga aspek penting yang perlu ditelaah dalam kerangka
pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu :
1.
Kepuasan
general atau keseluruhan (overall
satisfaction).
2.
Konfirmasi harapan
(confirmation of expectations), yakni
tingkat kesesuaian antara kinerja dengan ekspektasi.
3.
Perbandingan
dengan situasi ideal (comparison to ideal),
yaitu kinerja produk dibandingkan dengan produk ideal menurut persepsi
konsumen.
Menurut Andreassen (1998) dalam Natalia (2011:12)
beberapa indikator kepuasan konsumen antara lain :
a.
Overall Satisfaction, yaitu kepuasan secara keseluruhan konsumen
setelah mengkonsumsi produk.
b.
Expectation Satisfaction, yaitu harapan kepuasan yang ingin diperoleh
konsumen setelah mengkonsumsi produk.
c.
Experience Satisfaction, yaitu tingkat kepuasan yang dialami oleh
konsumen selama mengkonsumsi produk.
Kotler (2000) dalam Tjiptono (2007:367)
menyatakan ada empat metode yang banyak digunakan dalam pengukuran kepuasan
pelanggan, yaitu :
1.
Sistem keluhan
dan saran
Setiap organisasi yang berorientasi pada
pelanggan wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi para
pelanggannya untuk menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka.
2.
Pembeli
Misterius (Ghost Shopping)
Salah satu metode untuk memperoleh gambaran
mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shoppers untuk berperan sebagai
pelanggan potensial jasa perusahaan dan persaing. Mereka diminta melaporkan
berbagai temuan berdasarkan pengalamannya mengenai kekuatan dan kelemahan jasa
perusahaan dibandingkan para pesaing. Selain itu para ghost shoppers juga dapat mengobservasi cara perusahaan dan
pesainggnya melayani permintaan spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan
pelanggan, dan menangani setiap masalah atau keluhan pelanggan.
3.
Analisa
Konsumen yang Hilang (Lost Customer
Analysis)
Perusahaan setidaknya menghubungi para pelanggan
yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok agar dapat memahami
mengapa hal itu terjadi dan agar dapat mengambil kebijakan perbaikan atau
penyempurnaan selanjutnya.
4.
Survei
Kepuasan Pelanggan
Umumnya sebagian besar penelitian mengenai
kepuasan pelanggan menggunakan metode survey, baik via pos, telepon, e-mail,
maupun wawancara langsung. Melalui survey, perusahaan akan memperoleh tanggapan
dan umpan balik langsung dari pelanggan dan juga memberikan sinyal positif
bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap mereka.
Dimensi Kepuasan Konsumen
Pengukuran
kepuasan konsumen sangat penting untuk dilakukan karena memberikan informasi
bermanfaat bagi perusahaan, pemegang saham, investor, pemerintah dan konsumen.
Menurut Tjiptono (2011, 453:454) ada enam konsep inti mengenai obyek
pengukuran:
1)
Kepuasan pelanggan keseluruhan
Pelanggan langsung ditanya seberapa puas dengan
produk atau jasa. Kepuasan diukur berdasar produk atau jasa perusahaan
bersangkutan dan membandingkan dengan tingkat kepuasan keseluruhan terhadap
produk atau jasa pesaing.
2)
Dimensi kepuasan pelanggan
Mengindentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan
pelanggan dan meminta pelanggan menilai produk atau jasa berdasar item
sppesifik, seperti kecepatan layanan, fasilitas layanan atau keramahan staff.
Meminta pelanggan menilai produk atau jasa pesaing berdasar item spesifik serta
menentukan dimensi-dimensi yang paling penting dalam menilai kepuasan pelanggan
keseluruhan.
3)
Konfirmasi harapan
Kepuasan tidak diukur langsung. Namun disimpulkan
berdasar kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja
actual produk pada sejumlah atribut atau dimensi penting
4)
Minat pembelian ulang
Kepuasan pelanggan diukur berdasar perilaku
dengan jalan menanyakan pelanggan apakah akan berbelanja atau menggunakan jasa
perusahaan lagi.
5)
Kesediaan untuk merekomendasi
Dalam kasus produk yang pembelian ulangnya
relatif lama atau bukan hanya terjadi satu kali pembelian (seperti pembelian
mobil, broker rumah, asuransi jiwa, tur keliling) kesediaan pelanggan untuk
merekomendasikan produk kepada teman atau keluarga.
6)
Ketidakpuasan pelanggan
Ketidakpuasan pelanggan meliputi complain, retur,
biaya garansi, product recall, dan konsumen yang beralih ke pesaing.
Sedangkan menurut Claes
Fornell dalam jurnalnya, secara keseluruhan kepuasan konsumen memiliki
dimensi-dimensi, yaitu :
1)
Kualitas yang dirasakan
Penentu utama
kepuasan konsumen yaitu kualitas atau kinerja. Kualitas sangat mendasar bagi
seluruh kegiatan ekonomi karena dapat menggambarkan dua komponen pengalaman
konsumsi, yaitu sejauh mana penawaran yang diberikan perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen dan sejauh mana kompetensi karyawan perusahaan.
2)
Nilai yang dirasakan
Yaitu tingkat yang dirasakan oleh konsumen terhadap
harga yang dibayar. Membandingkan nilai yang dirasakan setelah konsumen
melakukan transaksi dengan penawaran yang diberikan oleh perusahaan berupa
produk maupun jasa. Dengan ini, konsumen dapat menggunakan pertimbangan nilai
untuk membandingkan produk atau jasa yang tinggi dan rendah.
3)
Harapan
Harapan merupakan awal sebelum konsumen merasakan
nilai dan kualitas yang diberikan perusahaan. Konsumen memiliki harapan
terhadap sejauh mana penawaran perusahaan dalam bentuk produk maupun jasa.
Konsumen mendapat informasi-informasi dari berbagai sumber, selanjutnya
memperkirakan perusahaan memiliki kemampuan untuk terus memberikan kualitas di
masa depan.
Manfaat Kepuasan Konsumen
Pada prinsipnya, kualitas jasa berpotensi
menciptakan kepuasan pelanggan yang pada gilirannya akan memberikan sejumlah
manfaat seperti menurut Tjiptono dan Gregorius (2004:140) :
1)
Terjalin relasi saling menguntungkan jangka panjang antar
perusahaan dan para pelanggan.
2)
Terbentuknya peluang pertumbuhan bisnis melalui pembelian
ulang, cross selling dan up selling.
3)
Loyalitas pelanggan dapat terbentuk.
4)
Terjadinya komunikasi mulut ke mulut positif yang
berpotensi menarik pelanggan baru.
5)
Persepsi pelanggan dan publik terhadap reputasi
perusahaan semakin positif.
6)
Laba yang diperoleh bisa meningkat.
Harapan pelanggan mempunyai peranan yang besar
dalam menentukan kualitas produk jasa dan kepuasan pelanggan. Dalam konteks
kepuasan pelanggan, umumnya harapan merupakan perkiraan atau keyakinan
pelanggan tentang apa yang akan diterimanya.
Menurut Fandy Tjiptono (2004:150) mendefinisikan
harapan pelanggan adalah :
“Harapan pelanggan dibentuk dan didasrkan oleh
beberpa faktor diantaranya pengalaman berbelanja dimasa lampau, opini teman dan
kerabat serta informasi dan janji perusahaan dan pesaing.”
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.